Takziah Meninggalnya Bapak Mertua Mas Bayu di Sidoarjo


Pagi hari, selasa tanggal 16-02-2021 saya bangun dari tidur saat ibu mertua bertamu ke rumah. Saat itu baru selesai riuh suara adzan subuh. Ibu menyampaikan ke istri kalau beliau mendapat kabar bahwa bapak mertua dari keponakan beliau yg tinggal di Sidoarjo meninggal dunia.
Ibu mengajak saya untuk ikut takziah ke Sidoarjo. Saya pun segera bersiap dengan mandi pagi dan sholat subuh. Sekitar jam 05:30 wib saya, ibu mertua, bupuh dan mas Pandu berangkat ke Sidoarjo mengendarai mobil.

Perjalanan pun dimulai, sekitar jam 06:30 wib saya absen ke grup WA kantor kalau tidak masuk hari ini karena keperluan ini. Saat berangkat tadi mas Pandu lumayan gusar karena e-toll mandiri miliknya tidak ketemu. Akhirnya tadi sebelum berangkat sempat pinjam e-toll Brizzi punya mas Dani.

Kami sempat mampir ke kantor mas Pandu dulu untuk mencari e-toll punya mas Pandu. Tetap saja kartu e-toll milik mas Pandu tidak ketemu. Di sana bupuh juga mampir ke pasar sampai tempat kerja mas Pandu untuk beli nasi bungkus serta jajanan pasar untuk bekal di perjalanan.

Dalam perjalanan, kami selalu mampir ke minimarket Indomaret dan Alfamart untuk mencoba topup e-toll Brizzi milik mas Dani atau beli kartu e-toll yang baru. Tapi hasilnya nihil, semua toko tersebut kehabisan stok kartu e-toll dan hanya bisa mengisi kartu e-toll mandiri.

Menjelang depan pintu toll dumpil Madiun, kami minggir sejenak untuk diskusi solusi terkait e-toll ini. Alhamdulillah mas Pandu punya teman kerja yang tinggal di kota Caruban yang punya kartu e-toll mandiri yang boleh dipinjam. Kamipun berangkat kembali menuju rumah beliau yang berada tepat di samping stasiun Caruban.

Sampai di sana kami sempat menunggu sebentar beliau (pak Danang) teman mas Pandu yang ternyata rumahnya masuk beberapa meter ke dalam gang. Setelah mendapat kartu e-toll mas Pandu juga sempat berkoordinasi dengan mas Danang rute untuk masuk tol lewat Caruban.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk masuk pintu gerbang tol Caruban. Setelah masuk tol, kami langsung menepi untuk mengisi kartu e-toll milik pak Danang. Di sana ternyata hanya bisa mengisi maksimal 200rb. Dan perjalanan pun kami lanjutkan.

Sampai di pintu tol waru yang mana harusnya kami belok ke arah Sidoarjo tapi malah keblabasan. Lumayan jauh untuk putar balik. Saya yang duduk di samping mas Pandu sebagai sopir juga tidak bisa berbuat banyak, karena kurang pengalaman naik mobil di tol 😁.

Setelah berhasil masuk ke tol kembali dan menuju ke arah Sidoarjo, kami berhenti sejenak di rest area untuk istirahat sebentar sekalian ke kamar kecil. Di sini kami menyempatkan diri untuk sarapan pagi. Saya juga mampir ke Indomaret untuk beli sikat gigi. Alhamdulillah dapat satu set sikat gigi Pepsodent traveler.

Selesai dari kamar mandi segera saya keluar dan menuju mobil. Eh, ternyata mobil yang saya tuju adalah punya orang lain :D . Selang sebentar, ada suara klakson dari arah kamar mandi yang tadi. Ternyata mobil kami sudah standby di sana untuk menunggu saya. Jadi merasa bersalah sendiri.

Perjalanan pun dilanjutkan. Alhamdulillah sekitar jam 9 wib kami sampai di rumah almarhum. Alhamdulillah kami dapat tempat parkir yang nyaman di pekarangan rumah tetangga almarhum. Sampai di sana jenazah sudah dimakamkan dengan aman dan lancar. Link lokasi https://goo.gl/maps/AYWruKPpLQPFjxeL8.

Ternyata kami sampai di sana bersamaan dengan mas Agus yang mana adalah salah satu keponakan dari ibu mertua yang tinggal di Surabaya. Beliau bekerja di sana sebagai Babinsa anggota TNI yang salah satu tugasnya saat ini adalah sebagai anggota tim tracing pasien covid 19. Kami akhirnya bareng menuju rumah duka.

Suasana rumah masih banyak pelayat yang sedang istirahat dan sarapan selesai dari proses pemakaman. Kami disambut mas Bayu dan masuk rumah lewat pintu samping. Saya sendiri mengikuti rombongan dari belakang dan bersalaman dengan beberapa orang sampai akhirnya kami duduk di ruang tamu.

Selang beberapa waktu ada orang yang memimpin doa bersama untuk almarhum. Tamu takziah datang silih berganti sampai menjelang siang. Menjelang siang kamipun disuguhi makan siang dengan menu makanan khas daerah Sidoarjo. Selesai makan, seperti biasa saya ijin ke kamar mandi untuk sikat gigi agar terhindar dari sakit gigi :D .

Tamu sudah mulai sepi, kami juga makin jauh ngobrol kesana kemari melepas rasa kangen. Terkait proses meninggalnya almarhum, yang saya pahami adalah sebagai berikut. Di hari Sabtu malam minggu almarhum ikut ngaji rutin di mushola setelah magrib. Selanjutnya beliau meminum sedikit kopi dan tiba-tiba setengah badan beliau mati rasa seperti terserang stroke. Beliau yang bersandar di tembok kemudian miring ke kekanan yang membuat jema'ah lainnya kaget dan segera memeriksa kemudian membawa beliau ke UGD rumahsakit. Setelah berjuang 3 hari, akhirnya pagi tadi di waktu subuh beliau berpulang ke Rahmatullah. Semoga almarhum diampuni segala dosanya dan dimasukkan ke surganya Allah subhanahu wata'ala.

Sekitar jam 12:15 wib kami ijin pamit kepada keluarga besar mas Bayu untuk kembali pulang. Kami diantar mas Bayu, istri dan anak beliau (Mutia) sampai masuk mobil dan berangkat. Bersama mas Agus yang mengendarai motor, kami menuju rumah keponakan ibu yang lainnya (mas Idam).


Rumah keluarga mas Idham lokasi: https://goo.gl/maps/vmXe9T3iGmbv3kEx6

Berjarak sekitar 2-3 km dari rumah duka. Alhamdulillah kami bertemu dengan keluar mas Idham. Kesan pertama saya saat tempat tinggal keluarga mas Idham adalah unik. Samping kanan rumah ada sekolah TK dan yayasan NU serta Masjid. Di samping kiri rumah ada gedung TPQ serta ruko. Rumah tetangga ada di sebrang jalan.

Seperti biasa, setelah bertemu kami lepas kangen dengan ngobrol kesana-kemari sambil kami ijin beristirahat. Tidak lupa karena waktu sudah memasuki jam sholat dhuhur kami juga mendirikan sholat sendiri-sendiri. Saya pribadi memilih untuk sholat di masjid samping rumah. Sekalian saya jamak sholat ashar di waktu dhuhur.

Alhamdulillah di sana kami juga dijamu dengan makanan bakso khas Sidoarjo yang kebetulan penjualnya lagi lewat depan rumah. Abang penjualnya dengan ramah menyiapkan bakso dalam makok yang diracik dari bahan-bahan yang ada di rombong jualan jok belakang motor. Sekitar jam 14:00 WIB kami berpamitan untuk pulang.

Pertama menyalakan mobil sedikit ada masalah karena mesin tidak mau jalan saat distarter. Mulai sedikit panik, mas Pandu membuka kap mesin untuk dicek. Setelah dipastikan tidak bermasalah, kunci mobil dicabut dan dimasukan lagi untuk selanjutnya distarter lagi. Alhamdulillah percobaan kedua berhasil dan mesin mobil mau hidup.

Perjalanan pulang lewat jalan yang berbeda dari saat berangkat tadi. Kami lewat pinggiran kali porong melewati pemukiman warga yang ditinggalkan penghuninya karena terdampak luapan lumpur lapindo. Sampai di jalan raya porong samping tanggul lapindo jalan dibelokan karena ada genangan air bekas banjir. Kami berhenti sebentar untuk cek google map mencari jalur alternatif masuk tol sekalian mas Pandu mengisi kartu e-toll mandiri yang dipinjam dari mas Bayu. Alhamdulillah sekitar 15 menitan perjalanan akhirnya kami bisa masuk pintu tol.

Perjalanan pulang kali ini suasananya bikin penumpang jadi ngantuk, mungkin karena tengah hari waktunya untuk istirahat siang. Sampai di persimpangan tol waru, kami perlu sedikit lebih berkonsentrasi karena harus memastikan lewat jalur yang benar agar tidak salah masuk jalur jalan tol berikutnya. Setelah menyesuaikan jalur di beberapa persimpangan, akhirnya kami salah masuk di persimpangan terakhir. Ada tiga pintu tol dan kami ambil yang tengah. Padahal yang seharusnya dimasuki adalah pintu tol paling kiri yang mengarah ke Madiun. Akhirnya kami harus putar balik di persimpangan berikutnya karena tol yang kami masuki mengarah ke bandara Juanda.

Perjalan menuju madiun searah dengan matahari siang. Kondisi dalam mobil terasa jadi semakin panas. Dan benar jasa kami harus mampir dulu ke rest area sebelum pintu tol Kertosono. Indikator suhu mobil menunjutkan tanda-tanda bahwa kondisi mesin mobil dalam keadaan sangat panas atau overheat. Setelah menunggu mesin dingin, mas Pandu membuka tutup radiator dan mengisi ulang air pendiginnya yang tinggal sedikit. Mungkin sekitar 5-6 botol aqua besar untuk mengisi penuh air radiator. Kami dapat masukan dari pengendara lain agar mampir ke bengkel dulu untuk pengecekan radiator. Siapa tau ada selang yg bocor atau kendor yang menyebabkan siklus air pendingin dari radiator ke mesin bermasalah.

Sekitar 30 menit istirahat kemudian kami berangkat lagi. Diperjalanan kami berdiskusi dan memutuskan untuk keluar tol lewat gerbang tol Kertosono dalam rangka mencari bengkel mobil yang sebelumnya sudah saya cek lewat google map. Lokasinya dekat dengan Islamic Center Doktor Muldoko, tepat di depan jalan keluar tol. Sampai dibengkel yang dimaksud kami langsung berkoordinasi dengan montir terkait permasalahan overheat. Montir tidak langsung melakukan pengecekan karena harus menunggu kondisi mesin dingin dahulu.


Kondisi mobil pertama datang pukul 15:39 WIB. Bupuh Yat bersama mas Pandu berkoordinasi dengan montir. Lokasi bengkel di https://goo.gl/maps/yyNNg4NfdfZLMCR67.

Masuk waktu magrib saya dengan ibu Kunti bersama menuju masjid di komplek Islamic Center Doktor Muldoko yang berada di sebrang jalan berjarak sekitar 100 meter dari lokasi bengkel. Saya sendiri selesai sholat magrib berjamaah langsung dijamak dengan sholat isya. Kondisi di luar masjid turun hujan deras yang air hujannya sampai masuk di teras masjid karena lebatnya.

Selesai sholat saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan di area dalam masjid yang terdiri dari dua lantai. Kami sholat di lantai atas, sedang lantai satu dipakai untuk toilet, tempat wudhu, perpustakaan, tempat pengajian, tempat musafir dll. Saya juga sempat melintasi rumah pondok anak yatim sebelum bertemu dengan ibu yang baru keluar dari masjid menggunakan payung karena kondisi sedang gerimis setelah hujan lebat tadi.

Karena penasaran dengan rumah pondok yatim, saya dan ibu belok sebentar untuk melihat-lihat ruangannya. Dari luar terlihat ada tiga ruangan besar, paling ujung adalah ruangan untuk tidur, bagian tengah terlihat ada rice cooker dan meja makan. Sedangkan ruangan satunya adalah ruangan sekretariat pondok, sayang saat kami mau mampir untuk koordinasi lebih jauh ruangan tersebut kosong. Sebelum kami kembali ke bengkel saya membeli 4 bungkus pentol dulu ke bapak penjual pentol yang sedang menunggu dagangannya di atas motor, alhamdulillah bisa untuk sedikit menghilangkan rasa lapar. 😁


Kondisi mobil saat sudah dibongkar oleh montir. Jam menunjukan pukul 18:46 WIB.

Sampai di bengkel ternyata di sebelah bengkel sedang mempersiapakan jualan angkringan. Cocok sekali karena saya dalam kondisi lapar. Sambil menunggu angkriangannya siap kami makan pentol yang tadi sudah dibeli. Angkringan siap sekitar pukul 19:00 WIB dan saya langsung saja pesan satu teh hangat dan nasi sambal teri. Alhamdulillah kondisi tubuh jadi segar kembali setelah selesai diisi makanan 😁. Walaupun tadi saat makan turun hujan lebat lagi. Selesai makan tadi juga sempat mati lampu sekitar 5 menit.


Nama bengkel mobil yang kami singgahi. "Pandowo Otto Tech"

Sekitar jam 20:30 WIB mesin mulai dipasang kembali oleh montir. Besar harapan kami semoga saja kondisi mobilnya normal lagi. Selesai dipasang, mas Pandu melakukan testing dengan menghidupkan mesin mobil. Ternyata sirkulasi air pendingin radiator tetap sama dengan yang sebelumnya. Montirnya menyampaikan kalau yang bermasalah adalah bagian mesin yang renggang. Untuk perbaikannya harus dilakukan bongkar setengah mesin mobil. Kalau dipaksakan mobil dipakai, dikawatirkan mesin akan mati di tengah jalan tol.


Kondisi mobil sebelum kami tinggal waktu menunjukan jam 21:08 WIB.

Mas Pandu dan bupuh Yat kemudian berkoordinasi sebentar untuk memutuskan langkah yang diambil. Akhirnya diputuskan untuk meninggalkan mobil di bengkel dan kami berempat pulang menggunakan bis. Jam 21:20 WIB alhamdulillah kami bisa naik bis menuju terminal Nganjuk. Sebelumnya kami harus menuju lampu lintas di depan Islamic Center Doktor Muldoko untuk bisa mencegat bis dengan nyaman. Kondisi saat itu sedang gerimis kecil jadi kami harus mencari tempat berteduh dan strategis agar terlihat saat mencegat bis.

Biaya naik bis dari pintu keluar tol Kertosono sampai di terminal Nganjuk yang harus kami bayarkan adalah Rp 9.000 per orang. Kondisi di dalam bis lumayan penuh penumpangnya, semua baris kursi terisi dari belakang sampai depan. Hanya saja untuk yang baris 3 kursi diisi rata-rata oleh 2 orang. Lumayan kawatir juga karena kondisi saat ini sedang pandemi covid 19. Kami harus turun di Nganjuk karena bis akan langsung menuju ngawi tidak lewat Maospati.

Sampai di terminal Nganjuk saya tidak sempat melihat jam dan langsung oper penumpang ke bis yang baru. Alhamdulillah di bis yang baru kondisi penumpang agak lowong sehingga kami bisa memilih tempat duduk di bagian depan. Di bis yang ke dua ini kami harus membayar biaya Rp 13.000 per orang untuk perjalanan dari terminal Nganjuk sampai di terminal Maospati. Alhamdulillah kami bisa tidur sebentar di dalam perjalanan tersebut untuk mengistirahatkan badan. Sampai di depan terminal Maospati sekitar jam 23:30 WIB.

Alhamdulillah demikian sedikit catatan kegiatan hari Selasa 16-02-2021 yang lumayan terkenang 😁. Banyak hal yang bisa diambil pelajaran dan hikmahnya. Semoga kedepan bisa lebih baik lagi. Salam semangat dan semoga selalu diberikan keberkahan. Terimakasih

Catatan:
  • Sumber gambar dari google map dan dokumentasi pribadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanyaan Calon Programmer di YABB

Belajar Plugin Wordpress Gwolle Guestbook untuk Aplikasi Buku Tamu