Catatan Harian 04-09-2020 (Tangisan anak kecil)


Alhamdulillah sudah hari jum'at lagi. Salah satu hari yang mendapat keistimewaan dalam agama islam. Hari jum'at juga adalah waktu saya dan rekan kerja akan melakukan koordinasi mingguan. Meeting tersebut kami namakan jum'at ceria. Sesuai tujuan dari kegiatan tersebut untuk membuat semua anggota meeting selalu ceria menjalani hari dan ceria dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Kecerian pagi ini agak kurang lengkap karena saat saya berangkat kerja pagi tadi, disertai tangis anak laki-laki pertama saya yang saat ini berusia 3.5 tahun. Anak ini menjadi anak yang aktif sekali.

Anak tersebut biasa dipanggil dengan nama Shalih atau mas Shalih. Panggilan mas Shalih diberikan untuk membiasakan adek perempuannya yang sekarang sudah berusia 1.5 tahun. Dan juga untuk memberi kesadaaran kepada mas Shalih bahwa dia sekarang dalam posisi sebagai kakak.

Tadi pagi mas Shalih menangis sejadi-jadinya karena tidak bisa melihat acara TV kartun balapan mobil. Anak ini sudah mulai ada gejala kecanduan nonton TV. Sesuatu yang lebih banyak dampak buruknya ketimbang sisi positifnya. Ketegasan orangtua dalam mendidik anak kadang terlihat kejam saat membiarkan anak kecil menangis kecang berlarut-larut.

Saya jadi teringat kejadian waktu kecil dulu. Waktu itu sekitar kelas 1 atau 2 SD. Pagi hari setelah subuh saya diantarkan nanang (panggilan kakek dari bapak) pulang ke rumah orangtua karena mau ditinggal nanang untuk berjualan gerabah (kendi-kendian dari tanah liat yang dibakar) di pasar. Ketika sampai rumah, saya tidak mau ditinggal nanang dan menangis histeris karena mau ikut naik sepedah yang sudah penuh muatan gerabah buatan nanang.

Yang dilakukan orangtua saya ketika melihat kejadian itu mencoba untuk menenangkan saya dan membujuk agar masuk rumah karena kondisi masih gelap. Mungkin sekitar jam 4:30 WIB. Karena saya tidak mau masuk rumah dan tetap menangis sambil memanggil nanang, akhirnya ibu saya menutup pintu rumah serta mematikan lampu teras bertujuan untuk memberikan pelajaran agar patuh pada kemauan orangtua.

Saya terus saja menangis kencang selama mungkin sampai 15-30 menitan. Sampai saya lelah dan berhenti sendiri. Akhirnya ibu membukakan pintu dan memeluk saya. Hal tersebut membuat saya mengerti bahwa tidak boleh sebagai anak untuk bertindak seperti itu lagi.

Pelajaran itu sangat membekas pada ingatan saja. Bagaimana ketegasan orangtua dan kasih sayangnya memang nyata untuk anak. Kembali ke kasus-nya mas Shalih. Bapak mertua segera datang saat mendengar tangisan dari mas Shalih yang tidak berhenti-henti, bertepatan dengan waktu istirahat beliau setelah melakukan pekerjaan di ladang.

Mas Shalih memberikan penjelasan kenapa dia menangis sambil sesenggukan menahan tangis. Bapak akhirnya menyalakan TV dan mencarikan acara yang dimaksud. Karena memang acara kartun balap mobil itu sudah selesai, setelah diganti-ganti berbagai macam channel TV akhirnya juga tidak ditemukan. Dan mulailah mas Shalih menangis lebih kencang dari yang sebelumnya.

Bapak yang akhirnya ikut jengkel karena tangisan mas Shalih, meninggalkan mas Shalih ke kamar untuk istirahat. Mas Shalih yang sendirian terus saja menangis dan selanjutnya saya berangkat kerja ke kantor.

Begitulah ketika dalam keluarga punya anak kecil yang masih belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Semoga saja mas Shalih tumbuh jadi anak yang sholeh, sehat selalu positif dan bermanfaat untuk lingkungannya.

Kadang sesuatu yang tidak kita sukai itu baik untuk kita. Maka dari itu jadilah orang yang selalu berfikir positif dalam berbagai keadaan. Sampai di sini dulu tulisannya. Semoga bermanfaat dan salam semangat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIPD Penatausahaan Kemendagri

Kelas Algoritma Pemrograman